
Ketua Penyelanggara workshop Ali Rahman menyatakan kegiatan ini bertujuan merumusan rekomendasi menyusun kebijakan dalam permasalahan minyak sawit dan informasi inovasi teknologi untuk pemanfaatan minyak sawit.
Sementara itu, Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan workshop ini digelar sebagai antisipasi melimpahnya produksi kelapa sawit.
Seperti diketahui, komsumsi Bahan Bakar Minyak terus meningkat. Kebutuhan BBM saat ini sebanyak 1.3 jt barel. Untuk mengurangi devisit impor BBM harus ada upaya untuk mengurangi impor BBM dengan cara melakukan diversifikasi mengolah minyak kelapa sawit menjadi biodiesel.
"Produksi CPO pada 2025 akan mencapai 7.2 juta barel. Pada 2030 ada ancaman secara menyeluruh pelarangan minyak sawit. Saat ini tahapan B20 dan B30 sudah memasuki tahap uji coba. Jika dimanfaatkan bisa mengurangi impor solar 9 juta barel atau setara Rp 30 triliun,"ungkap Hammim Riza di sela-sela workshop di Gedung BPPT Jakarta(16/7).
BPPT siap berkontribusi dengan untuk green full untuk ketahanan energi dengan melakukan kerjasam dengan Pertamina.
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan menegaskan CPO mampu memberikan kontribusi yang banyak setelah batu bara.
"BPPT harus fokus mengembangkan inovasi teknologi minyak kelapa sawit. Setelah B 20 dan B30 yang terbukti telah memberikan nilai tambah pengembangan harus terus dilakukan hingga mencapai B100," tegas Luhut Binsar Panjaitan dalam sambutannya sebagai keynote speech di acara workshop.
BPPT kata Luhut diharapkan melihat supply chain dari hasil olahan kelapa sawit. Indonesia harus menjadi pemain global. Kuncinya BPPT harus melakukan kerja bersama dengan mengolah limbah kelapa sawit untuk produk yang punya nilai jual, seperti peralatan elektronika maupun kendaraan bermotor.
Acara ini didukung oleh PT PLN, Indonesia Power, INKA, Asdp, Pindad, PTP5, PTP6,Len dan Bank BRI bekerjasama dengan Badan Pengelola Sawit dan Aprobi. (DH)
0 Komentar
Berikan komentar anda