
Dirut GeoDipa Riki Firmandha Ibrahim (Kanan) Saat Persiapan Pengeboran Panas Bumi Patuha.
Menjelang perundingan COP UNFCCC ke 26 yang akan diselenggarakan di Glasgow, Britania Raya. Suatu harapan datang dari sektor Panas Bumi yakni PT Geo Dipa Energi (Persero).
Saat menginspeksi persiapan pengeboran panas bumi di Patuha, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, bersama Direktorat KND, BOC dan BOD.
Direktur Utama GeoDipa, Riki Firmandha Ibrahim mengatakan, panas bumi berbeda dengan energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya, panas bumi mempunyai keunggulan tersendiri, di mana bisa menghasilkan daya listrik yang besar dan bersifat Sustainable dan keunikan dalam proses pembangunannya. Dalam proses pengembangannya untuk mencapai keekonomian, perlu merancang manajemen proyek yang baik.
Hal itu terbukti oleh PT Geo Dipa Energi (Persero) BUMN yang berfokus pada proyek Dieng2Patuha2, yang mana aset Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) berkembang dan kapasitas produksinya meningkat.
Ia pun menuturkan, dalam Manajemen proyek sangat penting agar tujuan proyek dapat selesai dengan efisien sesuai standar suatu pengerjaan proyek infrastruktur Ketenagalistrikan.
“Yang namanya ‘manajemen’ itu kan prinsip dasar, artinya adalah suatu upaya untuk mencapai suatu tujuan dengan cara efektif dan efisien serta aman dikerjakan,” ujar Riki bersama rombongan Direktorat KND dan Dewan Komisaris PT Geo Dipa Energi (Persero)
Meskipun pembangunan PLTP memerlukan waktu yang lebih panjang dari pembangunan pembangkit EBT lainnya, namun keunggulan PLTP, sangat baik untuk pembangunan infrastruktur dan ekonomi, apalagi sekitar 40% sumber daya Geothermal dunia berada dalam perut bumi NKRI. PLTP selayaknya akan memiliki peran yang besar dalam penyediaan listrik bangsa ini untuk mencapai NZE, oleh karena itu perlu dicatat bahwa tambahan daya dari PLTP akan menjadi peluang untuk melakukan secara exsponential.
Pembangunan PLTP berarti pembangunan yang pada intinya adalah ekonomi masyarakat secara berkelanjutan karena melibatkan berbagai hal yang sangat penting dan akhirnya menyangkut Ketahanan dan Kemandirian Energi Nasional.
Potensi total sumber daya Panas Bumi Dieng dan Patuha ekivalen sekitar 800 MW, dan kapasitas terpasang saat ini masih 130 MW. Dalam RUPTL, dinyatakan bahwa kapasitas listrik dari sumber Panas Bumi pada tahun 2030 sebesar sekitar 3.500 MW. Ini artinya bahwa dari tahun 2022 s/d tahun 2030, Indonesia harus membangun PLTP baru dengan total kapasitas sekitar 1.300 MW. Diharapkan kapasitas total listrik dari PLTP Indonesia di tahun 2045 dapat mencapai 30-40% dari total sumberdaya yang ekivalen 23 GW.
Tentu apabila lebih besar akan lebih baik lagi agar taget NZE dunia tercapai, dengan jalan satu-satunya adalah pembangunan pembangkit ET termasuk PLTP harus dilakukan secara eksponential melalui dukungan pendanan dunia dan semoga Pemerintah dalam pertemuan dengan para pemimpin dunia di UNFCCC Glasgow, UK yang direncanakan berlangsung pada tanggal 31 Oktober hingga 12 November 2021 perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan di bidang ET, baik dari sisi regulasi, teknologi, dan pendanaan ET mencapai komitmen.
0 Komentar
Berikan komentar anda