
Listrik Indonesia | Pendorong Hijau “Green Booster” Dengan waktu yang tersisa hanya 5 tahun untuk mencapai target porsi 23% EBT dalam bauran energi nasional di tahun 2025 dari posisi sekarang yang baru mencapai 9,15%, maka diperlukan pendorong, penggerak EBT untuk mencapai atau mendekati target tersebut.
PT PLN (Persero) melalui “Green Booster” akan mengembangkan PLT EBT dengan total kapasitas hingga 5.2 GW terdiri dari; 1. Pembangunan PLTS di kompleks eks mulut tambang: 435.6 MW 2. PLTS Terapung: 612 MW 3. PLTS di Kompleks PLTU: 112 MW 4. Cofiring : 1.027 MW 5.Konversi PLTD ke PLT EBT: 2.600 MW 6. Pemanfataan Waduk: 414.1 MW. MKI dalam pelaksanaan kegiatan Hari Listrik Nasional ke-75 ( HLN ke-75 ) yang didukung oleh PLN dan Ditjen Gatrik memanfaatkan momentum Hari Listrik Nasional ke-75 untuk ikut mempromosikan dan meyebarluaskan informasi sekaligus peluang bisnis investasi ini pada semua rangkaian kegiatan HLN ke-75.
Green Booster akan menjadi salah satu topik pada kegiatan Konferensi Digital yang akan berlangsung 4 - 5 November 2020 dengan tema A Revival Momentum of Electricity Industry Towards an Advanced Indonesia. Pada TV Show Peringatan Hari Listrik Nasional Indonesia tanggal 7 November 2020, dipakai slogan #ListrikHijauIndonesiaMaju, acara ini dikemas dalam format Reality Show di Trans TV.
Sebelumnya diselenggarakan Gerakan Amal Berlari & Bersepeda "Energimu Cahayaku" pada tanggal 16 - 28 Oktober 2020. Green Booster yang mendorong EBT dari sisi suplai dan dikampanyekan pada HLN ke-75 menjadi lanjutan dari kampanye HLN ke-74 yang mendorong EBT dari sisi demand yaitu kampanye kendaraan listrik. Perkembangan Terbaru Dediesilisasi dan Co-Firing Dediesilisasi PLN segera meresmikan Program Konversi 2GW PLTD ke Energi Terbarukan, konversi awal PLTD tua ke Pembangkit EBT akan dilaksanakan pada 200 lokasi diseluruh wilayah Indonesia dengan total kapasitas 155 MW.
Usia rata rata PLTD ini diatas 15 tahun dengan konsumsi diesel ratarata 0.359 liter /kwh dan BPP Rp 3360 / kwh. Program konversi ini akan mengganti suplai listrik sekarang yang dibanyak lokasi hanya mampu menyediakan 6-10 jam /hari. Listrik EBT yang menggantikan akan menyediakan listrik 24 jam / hari dan juga tersedia suplai yang cukup untuk kegiatan ekonomi dan insdutri lokal.
PLN sudah menyusun buku panduan dengan menjelaskan kondisi detail PLTD dan kelistrikan dilokasi, kondisi pulau dan atau desa, jumlah rumah/pelanggan, kegiatan ekonomi, aktivitas penduduk, kondisi PLTD, BPP lokal, potensi EBT lokal serta proyeksi kebutuhan listrik EBT yang akan dibangun.
Sebagai contoh di Pulau Nasi Propinsi Aceh yang terdiri atas 5 desa. Tersedia listrik 24 jam yang dipasok dari PLTD Deudap untuk 521 pelanggan. Kebutuhan diesel fuel sekitar 0.33 liter/kwh dengan BPP lokal IDR 4073/kwh. Beban puncak 220 kW dengan total listrik yang dibutuhkan 578,078 kWh/tahun.
Listrik EBT yang akan menggantikan diproyeksikan bisa melayani 700 pelanggan dengan produksi tahunan 750,000 kWh/tahun, sedangkan potensi EBT lokal adalah solar dengan radiasi 1811kwh/m2/tahun dan angin dengan kecepatan 9.16 m/sec Co-Firing Dari paparan yang disampaikan pada Rapat dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) oleh M. Ikhsan Asaad Direktur Mega Project PT PLN (Persero) diketahui bahwa terdapat 52 Lokasi PLTU Co-Firing berjumlah 114 Unit PLTU dengan total kapasitas 18.154 MW Total estimasi kebutuhan Biomassa 4.156.795 ton/tahun. Test Co-Firing sudah dilaksanakan pada 16 PLTU dengan beragam jenis biomassa yaitu; 1. PLTU Paiton 1&2 ; WoodPellet , Sawdust (5%) 2. PLTU Jeranjang; SRF (3%) 3. PLTU Ketapang; Cangkang Sawit/PKS (1%;3%;5%) 4. PLTU Indramayu; Wood Pellet (1%;3%;5%) 5. PLTU Tenayan; Cangkang Sawit/PKS (5%) 6. PLTU Rembang; Wood Pellet (5%) 7. PLTU Sanggau; Cangkang Sawit/PKS (5%;10%;15%) 8. PLTU Anggrek; Wood Chip Lamtoro (1%;3%;5%) 9. PLTU Belitung; Cangkang Sawit/PKS (3%;5%) 10. PLTU TL. Balikpapan; Cangkang Sawit/PKS (5%) 11. PLTU Lontar; RDF Eceng Gondok (1%) 12. PLTU Pacitan; Sawdust (5%) 13. PLTU Ropa; WoodPellet (5%;10%;15%) 14. PLTU Bolok; WoodChip (5%) 15. PLTU Paiton 9; Sawdust (5%) 16. PLTU Barru; Sawdust (1%; 3%).
Implementasi Cofiring pada PLTU eksisting milik PLN yang didesain awal untuk bahan bakar Batubara, maka Bahan bakar campuran pengganti batubara sedapat mungkin mempunyai karakteristik relatif sama dengan batubara sehingga cofiring dapat dioperasikan dengan aman dan tetap menjaga keandalan dan life time peralatan pembangkit. Untuk itu Direktorat Bioenergi EBTKE sudah menyusun 2 rencana Standarisasi Biomassa untuk Cofiring PLTU Eksisting yaitu ReSNI – Standarisasi Pelet Biomassa Untuk Pembangkit dan ReSNI – Standarisasi SRF Untuk Pembangkit. Biomass yang menjanjikan banyak peluang kerja juga sudah dirancang 3 skenerio bisnisnya yaitu Skema Bisnis Hutan Tanaman Energi (HTE), Skema Bisnis (Sampah) dan Penyediaan Biomass dengan Konsep Ekosistem Listrik Kerakyatan.
Sektor kelistrikan Indonesia menorehkan prestasi bagus pada 3 tahun terakhir, di akhir tahun 2017, tercatat tidak ada lagi sistem kelistrikan di Indonesia yang mengalami defisit. Tahun 2018 rasio elektrifikasi nasional berhasil mencapai 98,3% dan tahun 2019 mencapai 98,89% dan pada akhir 2020 ditarget mencapai 100%. Kenaikan rasio elektrifikasi terefleksi pada jumlah pelanggan PLN mencapai 75,71 juta pelanggan atau naik 5,27% dibanding penambahan pelanggan tahun sebelumnya sebesar 71,92 juta pelanggan baru.
Penambahan pelanggan terbesar terjadi pada kelompok pelanggan rumah tangga sebesar 3.548.744 pelanggan. Namun di tahun 2020 seperti sektor sektor lain yang tertekan oleh Covid-19, PLN juga mengalami penurunan penjualan sekitar 7-10%, ada proyek yang tertunda dan dicancel, banyak ketidak pastian sehingga RUPTL 2020-2029 belum diterbitkan sampai kwartal 4. Green Booster menjadi penggerak, pendorong dan peluang bisnis sektor kelistrikan dimasa sulit ini, sekaligus menjaga asa Indonesia untuk tetap mencapai target EBT 23% tahun 2025.
Sumber : Ifnaldi Sikumbang Anggota Masyarakat Kelistrikan Indonesia (MKI)
0 Komentar
Berikan komentar anda